My ChatBox

Wednesday, December 1, 2010

Kenalkan, Saya si Otak Tengah!

BANYAK orangtua yang mengikutkan buah hatinya pelatihan Aktivasi Otak Tengah (AOT). Yang mana menjanjikan cerdas dalam waktu singkat, bahkan setelah mengikuti pelatihan, anak-anak dapat melakukan aktivitas apapun dengan menutup mata. Namun, benarkah hal tersebut?

Berikut, pemaparan medis dr. Arman Yurisaldi S, MS, SpS, RS. Satyanegara, Sunter. 

Apa Itu Otak Tengah?Menurut ilmu neuro-anatomi otak terbagi atas tiga bagian, antara lain:
1. Otak Depan (Forebrain) atau Prosencephalon. Terdiri atas dua bagian,  Telencephalon - otak besar yang terdiri dari dua gelembung dan berukuran paling besar ketimbang bagian otak lainnya -, Diencephalon (talamus dan hipotalamus).
2. Otak Tengah (Midbrain) atau Mesencephalon. Bagian ini relatif pendek - penghubung antara otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain).
3. Otak Belakang (Hindbrain) atau Rhombencephalon. Terdiri dari Metencephalon dan Myelencephalon (serebelum).

Secara anatomik otak tengah (midbrain) merupakan penghubung otak depan (forebrain) dan otak belakang (hindbrain) yang fungsinya sebagai tempat perlintasan arus elektrik, zat-zat neurokimia dari batang otak menuju otak besar.
Dan tidak terdapat pusat-pusat kecerdasan, melainkan pusat-pusat kesadaran. Sehingga, bila terjadi gangguan pada otak tengah akan mengakibatkan terganggunya kesadaran.
Secara “fungsional”, otak tengah bekerja sama dengan bagian anatomi otak lain, yakni sistem limbik dan hipotalamus dalam menghantarkan impuls-impuls elektrik otak.

Belum Dapat Diterima Logika Keilmuan
Kandidat Doktor Jurusan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, FKUI ini mengatakan bila perangsangan otak tengah akan menghasilkan kemampuan membaca dengan menutup mata. Atau melalui sentuhan kulit, anak dapat mengenali huruf, angka dan warna, sebagai mahluk yang dianugerahi logika, patut dipertanyakan.
“Seharusnya AOT menggunakan metoda yang berbasis bukti metabolisme otak, yang dapat dideteksi menggunakan alat functional-Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan Positron Emisson Tomography (PET-Scan). Seperti halnya perasaan senang atau sensasi kulit terhadap panas atau dingin dapat dibuktikan dengan perubahan warna yang meningkatkan aktivitas bagian-bagian otak tertentu,” ujar penulis buku national best seller “Mengungkap Misteri Otak Tengah”.

Kunci: emosi stabil
Menyinggung manfaat AOT mengenai kemampuan mengingat, perhatian, dan kestabilan emosi, menurut dokter kelahiran Malang, sesungguhnya sudah diketahui sejak dulu oleh para ahli-ahli saraf dunia. “Di dalam otak diencephalon terdapat sirkuit papets yang menjelaskan antara emosi dan kemampuan menghapal”, imbuhnya.
Ambil contoh, saat emosi dalam kondisi bahagia, materi apapun akan direkam otak dengan baik. Sebaliknya, bila dalam kondisi tertekan, membuat otak sulit menerima materi.
Selain itu, AOT menyebut keseimbangan hormon. Sayangnya, hal itu kurang dijelaskan secara ilmiah. Diakuinya bahwa proses belajar melibatkan zat yang dikenal sebagai neurotransmitter, terdapat serotonin, nor-epineprin, asetilkon, dan dopamin.

Seperti serotonin dan nor-epineprin, memelihara kestabilan emosi sehingga merasakan bahagia. Bila zat ini menurun akan mengganggu Sirkuit Papetz. Sedangkan, dopamin itu berperan dalam menghasilkan kegembiraan akibat pencapaian target atau disebut sirkuit reward (sirkuit penghargaan).
“Ketika emosi itu stabil, maka proses neurokimia akan berjalan baik. Namun, bukan karena mengaktifkan otak tengah,” timpal dr. Arman, MS, SpS.
Hal ini didasarkan bahwa kreativitas seseorang tidak bisa dibangun dalam waktu singkat. Semuanya bergantung pada faktor genetik orangtua dan aneka rangsang lingkungan yang diberikan pada anak.
Begitu pula mengenai karakter. Melibatkan banyak bagian otak, seperti: amigdala, pusat emosi; prefrontal, menentukan daya pertimbangan dalam mengambil keputusan; dan serebelum, otak kecil yang menentukan ketepatan berbicara.

Berdasarkan studi PET-Scan David Schmahmann, dokter ahli saraf, menyebutkan bahwa bila serebrum rusak mengakibatkan dysmetria of thought, pertimbangan keputusan yang berubah-ubah. Bisa dikatakan bahwa pembentukan karakter bukan hanya dengan merangsang otak tengah, namun melibatkan bagian-bagian otak lain yang musti mendapat rangsang lingkungan secara optimal.

http://lifestyle.okezone.com/read/2010/11/26/195/397547/kenalkan-aku-si-otak-tengah


hmm,, aktivasi otak tengah adalah suatu penemuan fenomenal dalam pendidikan anak. Teori penggunaan otak tengah sebenarnya sudah dilakukan di banyak negara di Asia terutama Jepang. Jepang telah lama melakukan praktek aktivasi otak tengah pada anak-anak. Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengah akan memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan anak yang otak tengahnya belum diaktivasi.

Kegiatan dengan mata tertutup adalah suatu kegiatan yang paling nyata dapat dilihat. Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengahnya dapat memiliki kemampuan yang luar biasa. Kemampuan lain yang dapat dilakukan oleh anak-anak ini adalah berjalan dengan mata tertutup, tanpa menabrak. Pada tingkatan yang lebih lanjut, seorang anak diharapkan dapat 'melihat' benda dibalik tembok atau di dalam kotak. Kemampuan prediksi (memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian) adalah kemampuan yang lebih tinggi yang dapat dimiliki oleh seorang anak.

Tapi, perlu ga si dilakukan aktivasi otak tengah?
(Grace Center) Banyak orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan aktivasi otak tengah. Sebenarnya, para orangtua perlu menghargai setiap talenta yang dimiliki anak-anaknya, karena pada dasarnya semua anak adalah cerdas. Mereka yang tidak bisa Matematika dan IQ nya rendah bukan berarti tidak cerdas, karena mungkin saja mereka memiliki kecerdasan dalam bidang yang lain. Ini merupakan tantangan bagi para orang tua untuk menghasilkan anak yang tidak hanya cerdas, tetapi juga baik dan bermoral.
Cerdas bahkan jenius saja belumlah cukup. Kareba dengan kecerdasan saja tidak menjamin mereka membuat dunia ini lebih baik. Banyak orang-orang cerdas justru mencelakai orang lain, memanipulasi suatu keadaan demi keuntungan dirinya sendiri.

Seandainya... program aktivasi otak tengah ini diterapkan kepada saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan...

4 comments:

Lia Lucky Girl said...

Sungguh penemuan yang fenomenal. Mulanya kita hanya mengenal otak besar dan otak kecil. Penemuan ini tentunya akan membantu kita untuk mengembangkan lebih baik lagi fungsi otak yang konon katanya hanya kita pakai 1% s/d 10 %. Saya juga setuju dengan statement dari Vivi bahwa kemajuan intellegent seseorang juga perlu diikuti dengan kemajuan moralnya sehingga hasil dari kemajuan akan membawa manfaat bagi orang banyak. Sebab manusia yang pintar ataupun jenius sekalipun punya sisi gelap yang jika tidak dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin akan membahayakan tidak hanya dirinya tapi juga orang lain. Sudah banyak film-film yang mengisahkan kehancuran manusia akibat terlalu pintar. Kenapa?? Tak lain karena mereka mempunyai moral dan nurani yang rendah dan tidak terasah. Walaupun film seperti itu hanya fiksi tapi kita bisa memetik pelajaran berharga darinya. Selain itu, sebagai orang tua kita perlu jeli mengembangkan talenta yang telah ada pada anak. Jangan hanya gengsi ataupun ikut-ikutan kemampuan anak salah diasah. Well, semoga menjadi masukan berharga.

Unknown said...

banyak orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pintar bahkan jenius dengan cara instan. padahal peranan orang tua dalam hal ini sangat penting. orang tua seharusnya menghargai apa yang dimiliki oleh anak-anaknya. belum ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikan bahwa AOT dapat membuat anak menjadi jenius atau meng-upgrade kejeniusan.

perlukah seorang anak memiliki kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya dengan mata tertutup? awalnya kita mungkin akan merasa terkagum-kagum dengan kemampuan itu, tapi jauh di dalam hati, kita akan merasa ketakutan...

Vivi d'sei said...

yupz,, inti dari semuanya adalah menghargai apa yang telah ada dalam diri anak-anak itu.

Veranica Zhang said...

sepertinya aku pernah membacanya di komik DDS. Hm..memang sebenarnya agak mengerikan bila orangtua menginginkan agar anaknya diaktivasi otak tengahnya. Ia hanya memiliki kemampuan dalam hal penglihatan. Namun, itu bukanlah talenta yang dimiliki sejak lahir, melainkan agak dipaksa. Semoga tidak banyak orang tua yang memaksakan kehendaknya atas anaknya. Apalagi hanya mengejar kejeniusan semata.

Post a Comment