My ChatBox

Saturday, September 25, 2010

Mau Sejahtera? Pakai Kontrasepsi donk!!



Jakarta, Kompas.com - Indikator kesejahteraan suatu bangsa dipengaruhi oleh tingkat kematian ibu dan kematian bayi. Saat ini target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG's) untuk penurunan angka kematian ibu ditargetkan 102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun angka kematian ibu di Indonesia masih 228 per 100.000 kelahiran hidup. Karena itu Indonesia disejajarkan dengan negara miskin lainnya seperti Pakistan dan Bangladesh.
Hal itu diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia, dr.Prijo Sidipratomo dan ketua Koalisi untuk Indonesia Sehat, Prof.dr.Firman Lubis dalam acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, Kamis (23/9). "Kemajuan suatu bangsa kini tidak bergantung pada sumber daya alam tapi sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut hanya bisa dicapai oleh perencanaan keluarga," kata Prijo.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan MDG's nomor 5 yakni menurunkan tiga perempat kematian ibu adalah dengan meningkatkan kepedulian dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya  kontrasepsi untuk kualitas hidup para wanita dan keluarganya. Saat ini angka pasangan usia subur yang tidak memakai kontrasepsi di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 10 persen dari jumlah total pasangan usia subur yang mencapai 56 juta. 
Penggunaan kontrasepsi bukan hanya akan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, namun juga mengurangi jumlah aborsi, serta membantu mengatur pendapatan keluarga dengan menjarangkan kehamilan dan membuka jalan bagi kaum wanita untuk bekerja. 
"Dengan alat kontrasepsi terbukti angka kematian ibu dan bayi lebih rendah dengan menjaga jarak kelahiran dan menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan. Saat ini jumlah kematian ibu di Indonesia masih tertinggi se-ASEAN," kata Prof.Biran Affandi, Sp.OG dari Asia Pacific Council on Contraception dalam kesempatan yang sama. 
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan penduduk Indonesia saat ini mencapai 237,6 juta. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan timpang dengan sumber daya akan menjadi beban karena pemerintah harus menyediakan lapangan pekerjaan, kesehatan, pendidikan dan layanan publik lainnya.
http://health.kompas.com/read/2010/09/23/15104069/Negara.Lebih.Sejahtera.Berkat.Kontrasepsi


Hmm,, dulu ada pepatah "Banyak anak, banyak rejeki",, tapi, pepatah itu, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini. Benarkah kesejahteraan tergambar dari jumlah kematian ibu dan bayinya?? well, mari kita bahas sama-sama,,
Di atas disebutkan mengenai MDG.. Sebenarnya MDG itu apa si? (mengutip dari wikipedia)
MDG (Millenium Development Goals) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015 merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia. Nah, isinya itu :
1.  Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
2.  Pemerataan pendidikan dasar
3.  Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan
4.  Mengurangi tingkat kematian anak
5.  Meningkatkan kesehatan ibu
6.  Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
7.  Menjamin daya dukung lingkungan hidup
8.  Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Nah, di artikel ini, yang ditekankan adalah MDG no. 5 tentang meningkatkan kesehatan ibu, dengan menurunkan rasio kematian ibu selama melahirkan sebesar tiga perempatnya. Sejahtera atau tidaknya suatu negara diukur dari angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate / MMR). Mengapa demikian?
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR), bukan saja merupakan indikator kesehatan wanita, tetapi juga menggambarkan tingkat akses, integritas dan efektivitas sektor kesehatan. Nah, oleh karena itu, MMR juga sering digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan dari suatu negara. Jika sektor kesehatan suatu negara tidak bisa menekan jumlah kematian ibu pada saat melahirkan, bagaimana ia menangani masalah kesehatan yang lain?
Jadi wajar saja rasanya jika Indonesia dimasukkan sebagai negara miskin karena MMR-nya 228 / 100.000 kelahiran hidup, yang seharusnya 102 / 100.000 kelahiran hidup. Tingginya MMR membuktikan sektor kesehatan Indonesia masih belum berhasil menekan angka kematian dan menyejahterakan hidup rakyatnya.
Lalu, bagaimana negara bisa lebih sejahtera berkat kontrasepsi?
Dengan kontrasepsi, angka kehamilan yang tidak diinginkan bisa ditekan, begitu juga kemungkinan aborsi. WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta dilakukan di Indonesia, 2.500 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Nah, kalau jumlah kematian ini bisa ditekan, indikasi kesejahteraan kita juga akan meningkat. Makanya kontrasepsi penting untuk mencegah kehamilan dan berperanan dalam kesejahteraan.
Dengan membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga, hal ini bisa mengatur pendapatan keluarga, sehingga taraf hidup bisa lebih baik. Anak-anak mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik, mendapat fasilitas kesehatan. Coba saja bayangkan, sebuah keluarga menengah-ke-bawah dengan 2 orang anak ataukah keluarga menengah-ke-bawah dengan 7 orang anak, mana yang lebih sejahtera? Dengan jumlah anak yang lebih banyak, maka pengeluaran pun akan menjadi besar. Walaupun penghasilan tidak terlalu besar, tetapi dengan jumlah anak yang sedikit, bisa memberikan kesempatan kepada anak-anak itu untuk mengenyam pendidikan lebih baik dan mendapatkan fasilitas kesehatan. 
Selain itu, jumlah kelahiran juga bisa ditekan. Jumlah penduduk saat ini sudah mencapai 237,6 juta. Tetapi, jumlah pendudukan yang besar ini tidak didukung dengan bertambahnya jumlah lapangan kerja. Akhirnya banyak yang menjadi pengangguran dan melakukan tindak kejahatan.





Thursday, September 16, 2010

Perfeksionis? Itukah Anda?

Tujuan Anda mungkin baik, agar semua pekerjaan berjalan lancar, rapih, sesuai jadwal dan terorganisir. Tapi buat orang lain, bisa jadi hal itu memuakkan.


Kesempurnaan memang bukan hal yang buruk, bahkan banyak orang mendambakan hal itu. Tapi, menjadi orang yang sempurna, rasanya tak mungkin. Orang bijak berpendapat, angka 10 atau sempurna, itu hanya milik Tuhan.
Namun, dalam karir, sering kita bertemu dengan orang yang sangat ingin pekerjaannya sempurna. Orang seperti inilah yang kita sebut perfeksionis. Coba perhatikan ciri-ciri berikut, siapa tahu Anda termasuk perfeksionis:
1. Perfeksionis membenci pendelegasian, meskipun tugas-tugas yang didelegasikan itu mudah. Ketimbang memberikannya pada orang lain, orang ini lebih suka mengerjakannya sendirian.
2. Karena sangat takut salah atau gagal, perfeksionis cenderung fokus pada masalah kecil, yang bukan gambaran keseluruhan.
3. Bila diminta presentasi atau berbicara di depan umum –-yang jelas-jelas bukan keahliannya-– si perfeksionis memilih menunda-nunda hari-H untuk melakukannya, daripada mengakui bahwa ia tak bisa melakukannya dengan baik.
4. Kalau dipuji, mereka langsung mengambil sikap berjaga-jaga, “ada udang apa di balik pujian itu”.
5. Perfeksionis umumnya bekerja di bidang-bidang sebagai berikut: programming komputer, akunting, penelitian, penjualan, sekolah, obat-obatan, fotografi, periklanan, dan penerbitan.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/apakah-anda-perfeksionis/



Hmm,, sifat perfeksionis itu adalah masalah kejiwaan di mana seseorang menginginkan segala sesuatu yang dimiliki dan yang dikerjakannya itu sempurna (perfect). 


Well, menginginkan segala sesuatu sempurna itu memang tidak ada salahnya. Jika bisa membuat yang terbaik, kenapa harus puas dengan yang biasa saja, iya kan? Apakah Anda memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas?


Kelebihan dari para perfeksionis adalah mereka biasanya selalu bekerja dengan penuh totalitas dengan harapan mereka akan mendapat hasil yang diinginkan. Namun mereka akan mudah sekali kecewa jika ada ketidakberesan atau kekurangan yang boleh jadi dimata orang lain itu wajar-wajar saja.


Hehe, dari sudut pandang orang yang kurang perfeksionis, orang perfeksionis itu kadang-kadang menyebalkan. Malah banyak yang menganggap mereka sok-tau, sok-hebat, dan sok-sok yang lain.


Tapi, sebenarnya menjadi orang yang perfeksionis itu juga melelahkan lho (mari kita lihat dari sudut pandang orang perfeksionis). Orang yang perfeksionis selalu memperhatikan hal-hal yang detail, sangat sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikiran sempit dan suka menunda. (berdasarkan pengalaman pribadi,, >.<)


Keinginan untuk menciptakan produk, website, atau konten terbaik adalah suatu keharusan, namun orang yang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu. Masalahnya bagi mereka yang perfeksionis adalah tindakan mereka yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya capek sendiri. Karena terobsesi untuk membuat sesuatu yang sempurna, pikiran mereka malah terbebani dan meletihkan perasaannya. Orang perfeksionis akan cepat kehabisan energi karena terus cemas tentang bagaimana menyempurnakan website-nya atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu. (itu yang aku alami kalau deadline uda dekat dan tugas uda kumpul,, benar-benar melelahkan,, >.<)


Orang perfeksionis tidak suka mendelegasikan tugas, alasannya si lebih baik dikerjakan sendiri. Sejelek-jeleknya pekerjaan sendiri, masih lebih baik dari pekerjaan orang lain.


Yah, menjadi orang perfeksionis juga tidak terlalu menyenangkan. Nah, untuk temen-temen yang perfeksionis (untuk diriku juga,, >.<) sebaiknya mulai mengurangi ketegangan yang ada saat mengerjakan sesuatu. Selingi donk dengan lelucon. Biar tidak kaku.
Coba mendelegasikan pekerjaan untuk yang lain. Jangan terlalu memaksakan diri.
Pergi liburan ke luar kota. Untuk mengurangi ketegangan.
Belajar menerima kritik dan pujian dari orang lain. Tidak semua orang memuji karena ada maunya lho.
Supaya tidak menunda-nunda pekerjaan terus, buatlah jadwal yang BISA dijalankan (menurut pengalaman pribadi, jadwal hanyalah jadwal, tidak pernah dilaksanakan,, >.< alasannya si karena jadwal yang dibuat terlalu memaksa)

Friday, September 3, 2010

Pacar Virtual? Mau?



VIVAnews - Ini memang cuma kejadian di Jepang. Beberapa pemuda terlihat berlama-lama membidik kamera iPhone mereka di sebuah resor di daerah Atami, 100 km arah barat daya Tokyo.  
Bukan wanita-wanita berbikini yang sedang bersantai di pantai pasir yang mereka intip dari kamera ponsel. Namun, mereka membidik ke sebuah patung perunggu di mana terletak sebuah bar code dua dimensi.
Barcode itulah yang menjadi penanda kehadiran gadis anime Rinko, dalam software augmented reality yang ditanam di iPhone mereka. Asyik sekali mereka mencari pose terbaik untuk 'foto bersama'.
Sebab, bagi para pemuda tadi, Rinko Kobayakawa, Manaka Takane, dan Nene Anegasaki, adalah karakter-karakter anime yang menjadi kekasih virtual mereka. "Lihat, saya berfoto bersama Rinko," kata Shu Watanabe, 23 tahun, seperti dikutip dari situs DailyTech
Watanabe dan pemuda lainnya memang tengah melakukan perjalanan liburan dengan para gadis virtual, yang selama ini hanya mereka temukan di konsol Nintendo DS. Selama ini para jejaka tadi terlibat cinta virtual melalui game besutan Konami bertitel Love Plus.
Nah, dalam perjalanan liburan di Atami, beberapa pemuda tadi musti menyambangi 13 lokasi romantis yang dilengkapi dengan bar code, agar mereka bisa menjumpai tokoh-tokoh anime kekasih, dengan kostum yang berbeda dari yang selama ini ada di game Nintendo DS.
Di suatu lokasi mereka akan menjumpai kekasih virtual mereka dengan pakaian kasual musim panas. Alhasil, 200 orang penggemar Love Plus menyambangi Hotel Ohnoya, selama program berlangsung hingga akhir Agustus.
Selain itu, lebih dari 2000 orang juga mengunjungi daerah resor di mana kampanye permainan ini digelar. Ini memang tak semata game percintaan, karena juga melibatkan industri pariwisata. 16 perusahaan di Atami menjual suvenir bertema game ini, mulai dari gantungan kunci, handuk, dan suvenir lainnya. 
-------- VIVAnews.com (1 September 2010) --------

Nah.. sebelumnya, kalian tau ga si tentang game Love Plus?
Love Plus adalah game yang dirilis di Jepang dan merupakan game kencan yang paling populer saat ini.
Game ini adalah game komunikasi yang dilengkapi dengan teknologi software voice recognition dan screen clock yang membuat seakan-akan kekasih virtual bisa bercakap-cakap dengan pemain. Game ini mengharuskan pemain untuk menjaga dan merawat hubungan cinta dengan gadis-gadis kartun di layar di Nintendo DS.
Secara tekun, pemain musti menyempatkan waktu bersama, pergi ke pantai bersama, atau bahkan mengadakan pesta ulang tahun betulan untuk mereka. Bila pemain tak mau menghiraukan kekasih virtual mereka, mereka akan ngambek atau minta perhatian yang lebih.

Teknologi Jepang memang ga ada matinya. Selalu berhasil menghadirkan inovasi-inovasi terbaru dan mengundang decak kagum. Tapi, kemajuan teknologi selalu menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi teknologi akan memudahkan kehidupan manusia, tetapi di sisi yang lain teknologi juga menjerumuskan kita.
Jika dilihat dari sudut pandang para otaku (penggemar anime), dengan adanya fasilitas itu di resort Atami, hal ini adalah hal yang sangat menggembirakan karena akhirnya mereka dapat bertemu dengan kekasil virtual yang dulunya hanya bisa dilihat melalui layar NDS mereka. Sangat menyenangkan bukan? Jika akhirnya mimpi bisa menjadi kenyataan.
Tapi hal ini kemudian akan menimbulkan polemik tentang masalah psychology para otaku tersebut. Apakah wajar jika berpacaran dengan karakter virtual? Sebenarnya para otaku ini telah dianggap sebagai orang "aneh" di komunitas masyarakat Jepang dan tidak jarang mereka dikucilkan dari pergaulan. Umumnya, para otaku ini adalah sosiopat (antipati terhadap masyarakat).
Well.. Segala sesuatu akan selalu kembali kepada diri kita sendiri sebagai pengambil keputusan. Apakah kita akan terus terlena dengan adanya teknologi ini dan melupakan kehidupan nyata dan orang-orang sekitar ataukah hal ini bisa menjadi pemicu semangat bagi mereka untuk mencari jodoh juga di dunia nyata.. (Hehe.. Walaupun harus diakui kalau saya juga mengerti perasaan para otaku itu juga)
Di sisi lain, kita harus mengakui kehebatan dan kreatifitas orang-orang Jepang yang berhasil menciptakan teknologi ini. Teknologi ini dilengkapi dengan software augmented reality sehingga kesannya sangat hidup; seolah-olah kita berkomunikasi langsung dengannya. Kapan ya di Indonesia bisa seperti ini?
Tidak lupa dari sisi marketing. Hehe.... Sasaran utama para marketer ini adalah para otaku yang tergila-gila dengan game Love Plus. Tapi, ini bukan sekedar kampanye permainan game saja, karena melibatkan industri pariwisata. Dengan berlokasikan di daerah Atami, kampanye pariwisata dengan bertemakan game Love Plus ini berhasil mendongkrak kembali pariwisata di daerah ini yang mengalami penurunan sebesar 40% sejak tahun 1970. (wew.. otak bisnisnya hebat sekali.. good job!!)
Sekilas hal ini memang sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin manusia bisa berpacaran dengan sesuatu yang tidak nyata seperti "pacar virtual" yang merupakan kumpulan data-data.. Tapi jika kita melihat dari sisi yang lain, ini adalah bukti kemajuan teknologi dan kreativitas manusia yang menciptakan sesuatu yang dulunya dianggap tidak mungkin ada. Mengutip kata-katanya Sir Andy, "To create something creative needs creative thinkers"...